Upaya Meningkatkan Kesadaran Warga Sekolah terhadap “Bu Tipsi” Melalui Gerakan “Si Dul Juara” Di SD Negeri 1 Panjer
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sekolah adalah tempat dimana anak-anak semakin belajar menemukan
kejujuran dan kesederhanaan, selain yang dipelajari di rumah. Di sana anak-anak
belajar tentang kejujuran, belajar tentang etika dan moral, belajar menjadi
dirinya, belajar saling mengasihi, belajar saling membagi. Di sekolah anak-anak
memperoleh perlindungan dari penipuan, kebohongan, kedustaan, di sana mereka
belajar tentang demokrasi, kejujuran, kebebasan berbependapat, cinta kasih. Pada
intinya sekolah adalah tempat memanusiakan manusia yang berkarakter mulia dan
berbudi luhur. Tentunya semua hal tersebut bisa didapatkan oleh anak-anak
karena ada peran guru sebagai pembimbing serta penunjuk arah.
Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada
pasal 1 ayat 1 dikatakan bahwa, guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utamanya adalah mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi perserta didik pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang
pendidikan dasar, menengah, termasuk pendidikan anak usia dini. Dalam konteks
yang lebih luas keberadaan guru dalam proses mengajar menjadi sesuatu yang
vital, jika kemudian di maknai secara integral oleh para guru. Sebab salah satu
kunci dari keberhasilan dalam proses pembelajaran bukan hanya dilihat dari
aspek keberhasilan seorang siswa (murid) mendapatkan nilai yang bagus, tetapi yang
lebih penting adalah sejauh mana seorang guru membangun dan menanamkan
nilai-nilai karakter, dan akhlak mulia dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Sehingga kemudian diharapkan anak-anak didiknya menjadi anak yang mempunyai
karakter, disiplin, mandiri, jujur dan selalu berusaha meningkatkan kemampuan
diri dalam rangka menghadapi tantangan hidupnya.
Dan peran guru dalam membangun tradisi (budaya) kejujuran dilingkungan
akademiknya sangat penting dan luas. Di anggap sangat penting karena guru
sering bersentuhan langsung dengan anak-anak didiknya dalam proses
pembelajaran, saat proses itulah peran-peran guru menanamkan tradisi kejujuran
kepada siswa-siswinya. Contoh sederhana peran guru dalam membangun tradisi
kejujuran kepada murid-muridnya, ketika ulangan, seorang guru harus
menyampaikan secara jujur agar tidak menyontek, baik kepada temannya maupun
pada buku catatan, pesan itu disampaikan dengan bahasa yang sederhana yang bisa
ditangkap anak didiknya tidak pernah berhenti menyampaikan pesan-pesan moral.
Sehingga pada akhirnya terwujudlah rumusan tujuan pendidikan nasional yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab
Bila berbicara tentang kejujuran, rasanya sangat erat dengan kata “anti
korupsi”. Melalui proses pembelajaran di sekolah anak-anak di didik tidak hanya
memiliki kemampuan intelegensi tapi juga karakter dan sikap yang baik. Salah
satu sikap yang dimaksud adalah sikap anti korupsi.
Korupsi merupakan perbuatan yang buruk (seperti penggelapan uang,
penerimaan uang sogok dan sebagainya). Korupsi berakibat sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia, baik aspek kehidupan sosial, politik, birokrasi, ekonomi, dan
individu. Bahaya korupsi bagi kehidupan diibaratkan bahwa korupsi adalah
seperti kanker dalam darah, sehingga si empunya badan harus selalu melakukan
“cuci darah” terus menerus jika ia menginginkan dapat hidup terus.
Jadi sikap anti korupsi harus ditumbuhkan sedari dini sehingga menjadi
budaya sebagai bekal untuk anak-anak calon pemimpin bangsa di masa depan agar
bisa membawa bangsanya ke arah yang lebih baik. Penanaman budaya anti korupsi
di sekolah merupakan salah satu upaya yang sifatnya jangka panjang dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia
Namun kenyataannya, tingkat korupsi di Indonesia masih terbilang tinggi.
Para pejabat, mulai dari tingkat daerah hingga nasional bermunculan beritanya
terkait kasus korupsi. Dilansir dari Tempo.co, tingkat korupsi di Indonesia
meningkat dari peringkat 102 di dunia pada 2020, menjadi peringkat 96 pada 2021.
Hal ini tentunya sangat jauh dari apa yang diharapkan. Bagaimana sebuah bangsa
bisa menjadi bangsa yang maju, bila pemimpinnya masih banyak yang melakukan
korupsi. Mengambil sesuatu yang bukan menjadi hak nya. Bila di tarik mundur
bahwa orang-orang yang kini menjadi koruptor, dulunya adalah peserta didik atau
murid yang pendapatkan pendidikan di tingkat sekolah. Jadi sebegitu pentingnya
lingkungan sekolah dalam menyiapkan fisik dan mental seseorang untuk bisa
disebut berkualitas dan mampu menjalankan kehidupannya dengan berpegang
terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, fenomena tersebut telah menjadi
semacam lampu merah yang mendesak semua pihak, untuk segera memandang penting
sebuah sinergi bagi pengembangan pendidikan karakter salah satunya budaya anti
korupsi. Banyak bukti menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di
sekolah ternyata membantu menciptakan kultur sekolah menjadi lebih baik
Melihat kenyataan yang terjadi, nampaknya korupsi sudah menjadi penyakit
lama pada bangsa ini yang tak kunjung selesai. Fenomena ini membuat kita semua
berpikir bahwa pernyataan “bangsa ini tidak kekurangan orang pintar, tapi
kekurangan orang jujur” merupakan sebuah kenyataan pahit yang kita alami.
Sebagai penyelenggara pendidikan, hal yang bisa kita lakukan adalah menumbuhkan
budaya anti korupsi pada anak didik kita. Budaya anti korupsi harus ditanamkan
sedari dini. Dimulai dari tingkat PAUD hingga perguruan tinggi. Selain sekolah,
lingkungan keluarga dan masyarakat juga berperan penting dalam menumbuhkan
budaya anti korupsi. Hal ini demi menghasilkan sumber daya manusia yang unggul
dan berkualitas yang nantinya akan membimbing bangsa ini menuju arah yang lebih
baik.
Upaya yang coba dilakukan khususnya di SD Negeri 1 Panjer dalam rangka
menumbuhkan “Bu Tipsi” (Budaya Anti Korupsi) adalah melalui gerakan “Si Dul
Juara” (disiplin, peduli, jujur, dan kerja keras) di SD Negeri 1 Panjer.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan
latar belakang yang di uraikan, sbagai berikut.
1. Apakah upaya yang dilakukan dalam
meningkatkan kesadaran warga sekolah terhadap Budaya Anti Korupsi?
2. Bagaimanakah dampak penerapan
strategi gerakan “Si Dul Juara” terhadap budaya anti korupsi di SD
Negeri 1 Panjer?
C. Tujuan
Tujuan dari gerakan “Si Dul Juara”
adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang busaya anti korupsi di lingkungan
SD Negeri 1 Panjer.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari
penerapan best practices ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi penulis: penulisan best
practice ini dapat dijadikan solusi permasalahan yang ada di sekolah dan
juga sebagai pengembangan kompetensi kepala sekolah.
2. Bagi orang lain, tulisan ini dapat
dijadikan sebagai salah satu refrensi dalam
penyelesaian masalah terkait peningkatan budaya anti korupsi.
E. Strategi
Pemecahan Masalah
Upaya peningkatan budaya anti
korupsi di SD Negeri 1 Panjer dilakukan melalui gerakan “Si Dul Juara” yang
merupakan singkatan dari Sikap disiplin, peduli, jujur, dan kerja keras.
Prakteknya melalui pembiasaan baik di kelas maupun di luar kelas di setiap
harinya melalui berbagai cara yaitu lisan maupun tulisan serta menggunakan
berbagai media seperti video dan lain-lainnya. Selain itu tersedia tempat untuk
pengembalian barang-barang yang ditemukan oleh murid di lingkungan sekolah. Pembiasaan
ini dilakukan oleh semua warga sekolah tanpa terkecuali.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Sikap Disiplin
1. Pengertian Disiplin
Disiplin berasal dari kata yang sama
dengan “disciple”
dimana seorang belajar secara suka
rela mengikuti seorang pemimpin. Diumpamakan orang tua dan guru sebagai pemimpin dan anak sebagai murid yang belajar
cara hidup menuju kehidupan
yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan
cara masyarakat mengajarkan
anak berperilaku moral yang di setujui oleh kelompok.
Bisa dikatakan juga bahwa disiplin adalah cara bagaimana
seorang anak dapat menerima
peraturan yang telah di berikan oleh orang tua, guru, dan
lingkungan sekitarnya, dan mematuhi norma-norma yang telah ditentukan oleh masyarakat tempat dia tinggal
dengan cara
pembiasan-pembiasaan sejak dini mengikuti peraturan yang telah di tetapkan dengan konsisten. (Hurlock1978:37).
2. Aspek-aspek Kedisiplinan
Aspek-aspek kedisiplina antara lain:
a. Peraturan
Peraturan merupakan pola yang ditetapkan untuk tingkah
laku.Tujuan dengan adanya peraturan
adalah membekali anak dengan pedoman perilaku
yang disetujui oleh situasi tertentu.
b.
Hukuman
Hukuman diberikan
kepada seseorang karena suatu kesalahan
atau pelanggaran sebagai akibatnya
c.
Penghargaan
Penghargaan diberikan untuk
suatu hasil yang baik, misalnya berprestasi, atau berperilaku positif
d.
Konsistensi
Konsistensi berati tingkat
keseragaman atau stabilitas. Konsistensi ini memiliki
nilai mendidik yang besar, bila peraturan konsisten
maka siswa akan terpacu proses belajarnya.
B. Sikap Jujur
1. Pengertian Sikap Jujur
Sikap jujur adalah suatu perilaku subjektif dan unik yang sifatnya individual yang berasal dari nilai dan norma misalnya, menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten dengan yang dikatakan dan tidak berbohong sehingga menuntun seseorang agar terjauh dari
tindakan yang tidak baik dan dapat di terima di lingkungan
2. Indikator Sikap Jujur
Menurut Mustari (2011: 19), indikator
sikap jujur siswa di sekolah
antara lain:
a.
Menyampaikan sesuatu
sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
b.
Bersedia mengakui kesalahan, kekurangan ataupun keterbatasan diri.
c.
Tidak suka mencontek.
d.
Tidak suka berbohong
e.
Tidak memanipulasi fakta/ informasi
f.
Berani mengakui kesalahan
C. Sikap Kerja Keras
Kerja
keras merupakan sikap pantang menyerah
untuk melakukan suatu hal,
tidak pernah mengeluh dan selalu berusaha walaupun banyak rintangan namun tetap berusaha
untuk mencapainya. Selain itu kerja keras juga bisa diartikan sebagai perilaku atau sikap yang memperlihatkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar
dan tugas, serta menyelesaikan tugas sebaik- baiknya.
Seorang
individu yang menunjukkan adanya kesungguhan dan kemauan keras untuk berusaha dalam
menyelesaikan pekerjaan merupakan
ciri sikap kerja keras. Sikap kerja keras muncul sebagai wujud dorongan motivasi yang kuat serta orientasi depan yang
jelas. Seseorang yang mempunyai sifat
suka bekerja keras tentunya tidak mudah pantang
menyerah dalam segala hal.
D. Budaya Anti Korupsi
1. Korupsi
Korupsi sudah menyebar merata di negara
ini, tindakan korupsi tidak hanya merugikan negara,
namun juga dapat menghambat kesejahteraan masyarakat. Wijayanti (2016:1)
menyatakan bahwa korupsi
atau rasuah (bahasa
Latin : corruption dari
kata kerja corrumpere
yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politis
maupun pegawai negeri, serta pihak
lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada pejabat publik untuk
mendapatkan keuntungan sepihak.
Wibowo (2013:22) menjelaskan bahwa korupsi merupakan penyalahgunaan wewenang yang ada pada seseorang
khususnya pejabat atau pegawai negeri,
demi keuntungan pribadi,
keluarga, rekanan, dan teman atau kelompoknya. Berdasarkan uraian mengenai korupsi oleh dua para ahli dapat
ditarik kesimpulan bahwa korupsi adalah tindakansangat merugikan
bagi negara, menjadikan masyarakat miskin serta
menghambat kesejahteraan masyarakat.
2. Pendidikan Anti Korupsi
Melihat dampak negatif yang disebabkan
oleh tindakan korupsi maka pemerintah melakukan integrasi pendidikan antikorupsi pada mata pelajaran yang ada di sekolah dasar
sampai perguruan tinggi. Pendidikan
antikorupsi bertujuan untuk membentuk kesadaran pada masyarakat terhadap dampak
negatif dari tindakan
korupsi. Wibowo (2013: 38)
menyatakan bahwa pendidikan anti korupsi adalah
usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis
terhadap nilai-nilai antikorupsi. Wijaya (2014: 24) menyatakan bahwa pendidikan antikorupsi adalah usaha
sadar untuk memberikan pemahaman dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan
melalui pendidikan formal di sekolah, pendidikan formal di keluarga,
serta pendidikan formal di masyarakat. Pendidikan antikorupsi diterapkan di sekolah dasar bahkan sampai perguruan tinggi adalah untuk mencegah, mengurangi memberantas tindakan korupsi
serta mengupayakan agar generasi muda tidak menerima,
tidak memaafkan, serta menolak melakukan tindakan korupsi yang sangat merugikan dan menghambat kesejahteraan bagi masyarakat.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Alasan Pemilihan Strategi Pemecehan Masalah
“Si
Dul Juara” menjadi sebuah strategi yang coba diterapkan di SD Negeri 1 Panjer
untuk meningkatkan semangat kejujuran dan budaya anti korupsi. Hal ini
didasarkan karena praktek pelaksanaan sikap disipin, peduli, jujur, dan kerja
keras “Si Dul Juara” sangat sederhana.
Pelaksanaan
sikap “Si Dul Juara” dilaksanakan melalui pembiasaan di sekolah oleh seluruh
warga sekolah. Hal ini sesuai dengan kalimat “bisa karena terbiasa”. Semakin
sering dilakukan, maka nilai-nilai yang diharapkan akan semakin jelas terlihat
pada seluruh warga sekolah.
Hal-hal
sederhana yang diupayakan mulai dari menyambut peserta didik yang baru datang
ke sekolah dengan salam “Om Swastyastu” sambil diingatkan tentang
peraturan-peraturan umum yang ada seperti kelengkapan seragam sekolah,
kerapian, serta disiplin waktu. Selain itu ditanamkan juga budaya
“mengembalikan yang bukan miliknya” yang dilakukan secara lisan di dalam kelas
maupun dibantu dengan media berupa slide power point atau video
pembelajaran yang ditayangkan melalui layar proyektor. Hal ini akan membantu
menumbuhkan budaya anti korupsi kepada peserta didik. Nampak bahwa sarana dan
prasarana di SD Negeri 1 Panjer juga mendukung dalam upaya penanaman sikap “Si
Dul Juara” sebagai cerminan budaya anti korupsi
Tentunya
diharapkan seluruh peserta didik tidak hanya sebatas tahu, tapi hasil akhirnya adalah
seluruh warga sekolah mampu menerapkan dan melaksanakan sikap-sikap tersebut
berbekal dari teori yang diketahui. Kombinasi antara teori dan praktik terus
diupayakan agar warga sekolah khususnya peserta didik tergerak dan semakin
memiliki sikap yang mencerminkan budaya anti korupsi. Pada situasi ini, peran
guru dan staf sekolah sangat penting dalam hal memberikan contoh kepada peserta
didik. Karena guru dianggap sebagai role model bagi peserta didik.
B. Hasil yang Dicapai dari
Strategi yang Dipilih
Hasil tak akan
pernah menghianati usaha merupakan sebuah istilah yang sering kita dengar. Istilah
ini menjelaskan bahwa hubungan antara usaha dan hasil adalah berbanding lurus.
Semakin besar usaha yang dilakukan maka kemungkinan besar semakin besar pula
hasilnya.
Dalam upaya
penerapan strategi “Si Dul Juara”, terdapat perubahan sikap yang dialami oleh
peserta didik khususnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap
aktivitas peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas.
Beberapa hal
sederhana yang dapat diamati seperti: (1) jam kedatangan peserta didik lebih
awal dari waktu bel berbunyi, (2) kerapian seragam serta penampilan peserta
didik ke sekolah, (3) mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru dan staf
sekolah tanpa terkecuali, (4) disiplin ketika baris-berbaris, (5) disiplin
ketikan melaksanakan ibadah. (6) menuntaskan tugas piket, (7) menyerahkan
barang temuan yang bukan miliknya kepada wali kelas ketikan di dalam kelas, dan
mengembalikan barang temuan di luar kelas pada tempat yang telah di sediakan
Tentunya ini
belum 100% dilakukan oleh peserta didik. Sebagian besar sudah melakukan dan
sebagian kecil yang belum, mendapatkan bimbingan dari guru serta temannya yang
telah melaksanakan sebagai contoh baik.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa hasil dari penerapan strategi “Si Dul Juara” sudah sangat
terlihat dan harus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Hal ini tidak terlepas
dari kolaborasi antara pihak sekolah serta orang tua dalam membangun komunikasi
yang harmonis sehingga terjalin sebuah visi dan misi yang sama terhadap anak
khususnya dalam upaya menumbuhkan sikap anti korupsi pada peserta didik.
C. Kendala-Kendala
yang Dihadapi dalam Melaksanakan Strategi
Secara umum,
penerapan strategi “Si Dul Juara” di SD Negeri 1 Panjer sudah berjalan dengan
baik. Tidak terdapat kendala yang berarti dalam pelaksanaannya. Hal ini berkat
dari kerja sama yang baik antara seluruh warga sekolah. Adanya hal-hal lain di
luar rencana tidak dianggap sebagai masalah melainkan merupakan hal unik. Hal
unik tersebut seperti dalam menghadapi anak yang pemalu, guru mempunyai
strategi pendekatan yang berbeda dari yang lainnya.
D. Faktor-Faktor
Pendukung
Implementasi strategi “Si Dul Juara” dapat berjalan dengan baik karena
terdapat faktor-faktor pendukung. Faktor tersebut antara lain.
1.
Dukungan kepala sekolah dalam pelaksanaan strategi “Si Dul Juara”
2.
Semangat dan kekompakan para guru dan staf sekolah dalam melakukan
pembiasaan nilai karakter kepada peserta didik
3.
Kemauan peserta didik untuk terus meningkatkan kualitasnya
4.
Tersedia ruang diskusi untuk menampung saran dan masukan
5.
Tersedianya alat pengeras suara untuk pembiasaan di lapangan
6.
Tersedianya proyektor untuk menampilkan materi berupa gambar dan video
Secara umum upaya yang telah dilakukan dalam hal penerapan strategi “Si
Dul Juara” yakni melakukan pembiasaan di pagi hari berupa mengucapkan salam,
kerapian pakaian, kebersihan diri, kedisiplinan saat berbaris dan berdoa.
Selain itu yang dilakukan di dalam kelas yaitu menyelipkan hal-hal tentang
budaya anti korupsi yang disampaikan secara lisan maupun dengan bantuan media
berupa video yang relevan. Selain itu, ada alternatif kegiatan yang bisa
dilakukan untuk menambah pemahaman serta kemauan peserta didik untuk menerapkan
budaya anti korupsi
Guru harus mampu menumbuhkan minat serta rasa ingin tahu peserta didik.
Salah satu caranya yaitu dengan membuat variasi dalam penyampaian suatu hal.
Ini akan membuat anak-anak penasaran sehingga tertarik untuk mengetahui lebih
dalam tentang apa yang ingin dipelajari. Selain itu, dengan melibatkan peserta
didik dan membuat mereka menjadi pusat pembelajaran. Bila anak-anak merasa
dilibatkan dalam suatu kegiatan, maka mereka akan merasa dihargai dan akan
melakukan sesuatu secara maksimal.
Dalam hal pelaksanaan startegi “Si Dul Juara”, alternatif kegiatan yang bisa
dilakukan adalah dengan bermain peran. Dalam hal ini, guru harus melakukan
berbagai pendekatan dengan anak mulai dari menentukan skrip/ cerita yang cocok
dan mengena. Skrip yang dibuat tentunya berhubungan erat dengan sikap anti korupsi.
Selanjutnya menentukan para pemain serta perannya sampai akhirnya melaksanakan
kegiatan bermain peran.
Untuk kegiatan lebih lanjut mungkin bisa dilakukan dengan membentuk
peserta didik dalam kelompok dan memberi kebebasan kepada mereka untuk menyusun
skrip/ teks nya sendiri, menentukan tokohnya sendiri, tetapi temanya adalah
menumbuhkan budaya anti korupsi. Kegiatan ini sebagai alternatif yang dilakukan
untuk semakin menumbuhkan budaya anti korupsi di SD Negeri 1 Panjer.
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.
Simpulan
Dalam upaya menumbuhkan budaya anti korupsi, SD Negeri 1 Panjer
menerapkan strategi “Si Dul Juara” merupakan singkatan dari sikap disiplin,
peduli, jujur, dan kerja keras. Penerapannya dilakukan di dalam maupun di luar
kelas melaui pembiasaan setiap harinya.
Upaya dari kepala sekolah, guru, staf, serta orang tua siswa membuat
perubahan baik kepada peserta didik. Hal ini dapat diamati di sekolah. Beberapa hal sederhana yang dapat diamati
seperti: (1) jam kedatangan peserta didik lebih awal dari waktu bel berbunyi,
(2) kerapian seragam serta penampilan peserta didik ke sekolah, (3) mengucapkan
salam ketika bertemu dengan guru dan staf sekolah tanpa terkecuali, (4)
disiplin ketika baris-berbaris, (5) disiplin ketikan melaksanakan ibadah. (6)
menuntaskan tugas piket, (7) menyerahkan barang temuan yang bukan miliknya
kepada wali kelas ketikan di dalam kelas, dan mengembalikan barang temuan di
luar kelas pada tempat yang telah di sediakan
Jadi dapat
disimpulkan bahwa hasil dari penerapan strategi “Si Dul Juara” sudah sangat
terlihat dan harus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Hal ini tidak terlepas
dari kolaborasi antara pihak sekolah serta orang tua dalam membangun komunikasi
yang harmonis sehingga terjalin sebuah visi dan misi yang sama terhadap anak
khususnya dalam upaya menumbuhkan sikap anti korupsi pada peserta didik
B.
Rekomendasi
1.
Bagi guru hendaknya semakin mengeksplorasi berbagai cara dalam penerapan
strategi “Si Dul Juara” agar bisa menambah variasi kegiatan demi terciptanya budaya
anti korupsi di SD Negeri 1 Panjer
2.
Bagi Kepala Sekolah hendaknya menyarankan penerapan strategi “Si Dul
Juara” melalui pembiasaan setiap harinya ketika baris berbaris atau ketiga
bertugas sebagai Pembina upacara serta menjalin hubungan yang lebih harmonis
dengan seluruh warga sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Anis,
Wijayanti. 2013. PengaruhbeberapavariabelMakroekonomidanIndeksPasar Modal
DuniaterhadappergerakanIndeksHargaSahamGabungan (IHSG) di BEI. Jurnal Ilmiah
Universitas Brawijaya: Malang
https://www.kompasiana.com/lilikfirdayati.com/56210d460e9373bc0b8b4567/menerapkan-nilai-kejujuran-dalam-pendidikan
Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak;
Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga
Mustari, M. 2011. Nilai Karakter. Yogyakarta:
LaksbangPressindo
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen
Wibowo. 2013. Perilaku dalam Organisasi.. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Gambar
Praktik “Bu Tipsi” melalui
gerakan “Si Dul Juara”






Komentar
Posting Komentar