Upaya Meningkatkan Kesadaran Warga Sekolah terhadap “Bu Tipsi” Melalui Gerakan “Si Dul Juara” Di SD Negeri 1 Panjer

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sekolah adalah tempat dimana anak-anak semakin belajar menemukan kejujuran dan kesederhanaan, selain yang dipelajari di rumah. Di sana anak-anak belajar tentang kejujuran, belajar tentang etika dan moral, belajar menjadi dirinya, belajar saling mengasihi, belajar saling membagi. Di sekolah anak-anak memperoleh perlindungan dari penipuan, kebohongan, kedustaan, di sana mereka belajar tentang demokrasi, kejujuran, kebebasan berbependapat, cinta kasih. Pada intinya sekolah adalah tempat memanusiakan manusia yang berkarakter mulia dan berbudi luhur. Tentunya semua hal tersebut bisa didapatkan oleh anak-anak karena ada peran guru sebagai pembimbing serta penunjuk arah.

Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 ayat 1 dikatakan bahwa, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi perserta didik pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan dasar, menengah, termasuk pendidikan anak usia dini. Dalam konteks yang lebih luas keberadaan guru dalam proses mengajar menjadi sesuatu yang vital, jika kemudian di maknai secara integral oleh para guru. Sebab salah satu kunci dari keberhasilan dalam proses pembelajaran bukan hanya dilihat dari aspek keberhasilan seorang siswa (murid) mendapatkan nilai yang bagus, tetapi yang lebih penting adalah sejauh mana seorang guru membangun dan menanamkan nilai-nilai karakter, dan akhlak mulia dalam konteks kehidupan sehari-hari. Sehingga kemudian diharapkan anak-anak didiknya menjadi anak yang mempunyai karakter, disiplin, mandiri, jujur dan selalu berusaha meningkatkan kemampuan diri dalam rangka menghadapi tantangan hidupnya.

Dan peran guru dalam membangun tradisi (budaya) kejujuran dilingkungan akademiknya sangat penting dan luas. Di anggap sangat penting karena guru sering bersentuhan langsung dengan anak-anak didiknya dalam proses pembelajaran, saat proses itulah peran-peran guru menanamkan tradisi kejujuran kepada siswa-siswinya. Contoh sederhana peran guru dalam membangun tradisi kejujuran kepada murid-muridnya, ketika ulangan, seorang guru harus menyampaikan secara jujur agar tidak menyontek, baik kepada temannya maupun pada buku catatan, pesan itu disampaikan dengan bahasa yang sederhana yang bisa ditangkap anak didiknya tidak pernah berhenti menyampaikan pesan-pesan moral. Sehingga pada akhirnya terwujudlah rumusan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab

Bila berbicara tentang kejujuran, rasanya sangat erat dengan kata “anti korupsi”. Melalui proses pembelajaran di sekolah anak-anak di didik tidak hanya memiliki kemampuan intelegensi tapi juga karakter dan sikap yang baik. Salah satu sikap yang dimaksud adalah sikap anti korupsi.

Korupsi merupakan perbuatan yang buruk (seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya). Korupsi berakibat sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik aspek kehidupan sosial, politik, birokrasi, ekonomi, dan individu. Bahaya korupsi bagi kehidupan diibaratkan bahwa korupsi adalah seperti kanker dalam darah, sehingga si empunya badan harus selalu melakukan “cuci darah” terus menerus jika ia menginginkan dapat hidup terus.

Jadi sikap anti korupsi harus ditumbuhkan sedari dini sehingga menjadi budaya sebagai bekal untuk anak-anak calon pemimpin bangsa di masa depan agar bisa membawa bangsanya ke arah yang lebih baik. Penanaman budaya anti korupsi di sekolah merupakan salah satu upaya yang sifatnya jangka panjang dalam pemberantasan korupsi di Indonesia

Namun kenyataannya, tingkat korupsi di Indonesia masih terbilang tinggi. Para pejabat, mulai dari tingkat daerah hingga nasional bermunculan beritanya terkait kasus korupsi. Dilansir dari Tempo.co, tingkat korupsi di Indonesia meningkat dari peringkat 102 di dunia pada 2020, menjadi peringkat 96 pada 2021. Hal ini tentunya sangat jauh dari apa yang diharapkan. Bagaimana sebuah bangsa bisa menjadi bangsa yang maju, bila pemimpinnya masih banyak yang melakukan korupsi. Mengambil sesuatu yang bukan menjadi hak nya. Bila di tarik mundur bahwa orang-orang yang kini menjadi koruptor, dulunya adalah peserta didik atau murid yang pendapatkan pendidikan di tingkat sekolah. Jadi sebegitu pentingnya lingkungan sekolah dalam menyiapkan fisik dan mental seseorang untuk bisa disebut berkualitas dan mampu menjalankan kehidupannya dengan berpegang terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, fenomena tersebut telah menjadi semacam lampu merah yang mendesak semua pihak, untuk segera memandang penting sebuah sinergi bagi pengembangan pendidikan karakter salah satunya budaya anti korupsi. Banyak bukti menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ternyata membantu menciptakan kultur sekolah menjadi lebih baik

Melihat kenyataan yang terjadi, nampaknya korupsi sudah menjadi penyakit lama pada bangsa ini yang tak kunjung selesai. Fenomena ini membuat kita semua berpikir bahwa pernyataan “bangsa ini tidak kekurangan orang pintar, tapi kekurangan orang jujur” merupakan sebuah kenyataan pahit yang kita alami. Sebagai penyelenggara pendidikan, hal yang bisa kita lakukan adalah menumbuhkan budaya anti korupsi pada anak didik kita. Budaya anti korupsi harus ditanamkan sedari dini. Dimulai dari tingkat PAUD hingga perguruan tinggi. Selain sekolah, lingkungan keluarga dan masyarakat juga berperan penting dalam menumbuhkan budaya anti korupsi. Hal ini demi menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas yang nantinya akan membimbing bangsa ini menuju arah yang lebih baik.

Upaya yang coba dilakukan khususnya di SD Negeri 1 Panjer dalam rangka menumbuhkan “Bu Tipsi” (Budaya Anti Korupsi) adalah melalui gerakan “Si Dul Juara” (disiplin, peduli, jujur, dan kerja keras) di SD Negeri 1 Panjer.



B.    Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang di uraikan, sbagai berikut.

1.     Apakah upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kesadaran warga sekolah terhadap Budaya Anti Korupsi?

2.     Bagaimanakah dampak penerapan strategi gerakan “Si Dul Juara” terhadap budaya anti korupsi di SD Negeri 1 Panjer?

C.    Tujuan

            Tujuan dari gerakan “Si Dul Juara” adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang busaya anti korupsi di lingkungan SD Negeri 1 Panjer.

D.    Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari penerapan best practices ini adalah sebagai berikut.

1.     Bagi penulis: penulisan best practice ini dapat dijadikan solusi permasalahan yang ada di sekolah dan juga sebagai pengembangan kompetensi kepala sekolah.

2.     Bagi orang lain, tulisan ini dapat dijadikan sebagai salah satu refrensi dalam  penyelesaian masalah terkait peningkatan budaya anti korupsi.

E.    Strategi Pemecahan Masalah

Upaya peningkatan budaya anti korupsi di SD Negeri 1 Panjer dilakukan melalui gerakan “Si Dul Juara” yang merupakan singkatan dari Sikap disiplin, peduli, jujur, dan kerja keras. Prakteknya melalui pembiasaan baik di kelas maupun di luar kelas di setiap harinya melalui berbagai cara yaitu lisan maupun tulisan serta menggunakan berbagai media seperti video dan lain-lainnya. Selain itu tersedia tempat untuk pengembalian barang-barang yang ditemukan oleh murid di lingkungan sekolah. Pembiasaan ini dilakukan oleh semua warga sekolah tanpa terkecuali.





BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.    Sikap Disiplin

1.     Pengertian Disiplin

Disiplin berasal dari kata yang sama dengandisciple” dimana seorang belajar secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Diumpamakan orang tua dan guru sebagai pemimpin dan anak sebagai murid yang belajar cara hidup menuju kehidupan yang berguna dan bahagia. Jadi disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan anak berperilaku moral yang di setujui oleh kelompok.

Bisa dikatakan juga bahwa disiplin adalah cara bagaimana seorang anak dapat menerima peraturan yang telah di berikan oleh orang tua, guru, dan lingkungan sekitarnya, dan mematuhi norma-norma yang telah ditentukan oleh masyarakat tempat dia tinggal dengan cara pembiasan-pembiasaan sejak dini mengikuti peraturan yang telah di tetapkan dengan konsisten. (Hurlock1978:37).

2.     Aspek-aspek Kedisiplinan

Aspek-aspek kedisiplina antara lain:


a.     Peraturan


Peraturan merupakan pola yang ditetapkan untuk tingkah laku.Tujuan dengan adanya peraturan adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui oleh situasi tertentu.

b.     Hukuman

Hukuman diberikan kepada seseorang karena suatu kesalahan atau pelanggaran sebagai akibatnya

c.     Penghargaan

Penghargaan diberikan untuk suatu hasil yang baik, misalnya berprestasi, atau berperilaku positif


d.     Konsistensi

Konsistensi berati tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi ini memiliki nilai mendidik yang besar, bila peraturan konsisten maka siswa akan terpacu proses belajarnya.


B.    Sikap Jujur

1.     Pengertian Sikap Jujur

Sikap jujur adalah suatu perilaku subjektif dan unik yang sifatnya individual yang berasal dari nilai dan norma misalnya, menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten dengan yang dikatakan dan tidak berbohong sehingga menuntun seseorang agar terjauh dari tindakan yang tidak baik dan dapat di terima di lingkungan

2.     Indikator Sikap Jujur

Menurut Mustari (2011: 19), indikator sikap jujur siswa di sekolah antara lain:

a.     Menyampaikan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya.

b.     Bersedia mengakui kesalahan, kekurangan ataupun keterbatasan diri.

c.     Tidak suka mencontek.

d.     Tidak suka berbohong

e.     Tidak memanipulasi fakta/ informasi

f.      Berani mengakui kesalahan


C.    Sikap Kerja Keras

Kerja keras merupakan sikap pantang menyerah untuk melakukan suatu hal, tidak pernah mengeluh dan selalu berusaha walaupun banyak rintangan namun tetap berusaha untuk mencapainya.  Selain itu kerja keras juga bisa diartikan sebagai perilaku atau sikap yang memperlihatkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas sebaik- baiknya.

Seorang individu yang menunjukkan adanya kesungguhan dan kemauan keras untuk berusaha dalam menyelesaikan pekerjaan merupakan ciri sikap kerja keras. Sikap kerja keras muncul sebagai wujud dorongan motivasi yang kuat serta orientasi depan yang jelas. Seseorang yang mempunyai sifat suka bekerja keras tentunya tidak mudah pantang menyerah dalam segala hal.


D.    Budaya Anti Korupsi

1.     Korupsi

Korupsi sudah menyebar merata di negara ini, tindakan korupsi tidak hanya merugikan negara, namun juga dapat menghambat kesejahteraan masyarakat. Wijayanti (2016:1) menyatakan bahwa korupsi atau rasuah (bahasa Latin : corruption dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politis maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada pejabat publik untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Wibowo (2013:22) menjelaskan bahwa korupsi merupakan penyalahgunaan wewenang yang ada pada seseorang khususnya pejabat atau pegawai negeri, demi keuntungan pribadi, keluarga, rekanan, dan teman atau kelompoknya. Berdasarkan uraian mengenai korupsi oleh dua para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa korupsi adalah tindakansangat merugikan bagi negara, menjadikan masyarakat miskin serta menghambat kesejahteraan masyarakat.

2.     Pendidikan Anti Korupsi

Melihat dampak negatif yang disebabkan oleh tindakan korupsi maka pemerintah melakukan integrasi pendidikan antikorupsi pada mata pelajaran yang ada di sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan antikorupsi bertujuan untuk membentuk kesadaran pada masyarakat terhadap dampak negatif dari tindakan korupsi. Wibowo (2013: 38) menyatakan bahwa pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai antikorupsi. Wijaya (2014: 24) menyatakan bahwa pendidikan antikorupsi adalah usaha sadar untuk memberikan pemahaman dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah, pendidikan formal di keluarga, serta pendidikan formal di masyarakat. Pendidikan antikorupsi diterapkan di sekolah dasar bahkan sampai perguruan tinggi adalah untuk mencegah, mengurangi memberantas tindakan korupsi serta mengupayakan agar generasi muda tidak menerima, tidak memaafkan, serta menolak melakukan tindakan korupsi yang sangat merugikan dan menghambat kesejahteraan bagi masyarakat.













                                                                             BAB III

PEMBAHASAN

A.    Alasan Pemilihan Strategi Pemecehan Masalah

“Si Dul Juara” menjadi sebuah strategi yang coba diterapkan di SD Negeri 1 Panjer untuk meningkatkan semangat kejujuran dan budaya anti korupsi. Hal ini didasarkan karena praktek pelaksanaan sikap disipin, peduli, jujur, dan kerja keras “Si Dul Juara” sangat sederhana.

Pelaksanaan sikap “Si Dul Juara” dilaksanakan melalui pembiasaan di sekolah oleh seluruh warga sekolah. Hal ini sesuai dengan kalimat “bisa karena terbiasa”. Semakin sering dilakukan, maka nilai-nilai yang diharapkan akan semakin jelas terlihat pada seluruh warga sekolah.

Hal-hal sederhana yang diupayakan mulai dari menyambut peserta didik yang baru datang ke sekolah dengan salam “Om Swastyastu” sambil diingatkan tentang peraturan-peraturan umum yang ada seperti kelengkapan seragam sekolah, kerapian, serta disiplin waktu. Selain itu ditanamkan juga budaya “mengembalikan yang bukan miliknya” yang dilakukan secara lisan di dalam kelas maupun dibantu dengan media berupa slide power point atau video pembelajaran yang ditayangkan melalui layar proyektor. Hal ini akan membantu menumbuhkan budaya anti korupsi kepada peserta didik. Nampak bahwa sarana dan prasarana di SD Negeri 1 Panjer juga mendukung dalam upaya penanaman sikap “Si Dul Juara” sebagai cerminan budaya anti korupsi

Tentunya diharapkan seluruh peserta didik tidak hanya sebatas tahu, tapi hasil akhirnya adalah seluruh warga sekolah mampu menerapkan dan melaksanakan sikap-sikap tersebut berbekal dari teori yang diketahui. Kombinasi antara teori dan praktik terus diupayakan agar warga sekolah khususnya peserta didik tergerak dan semakin memiliki sikap yang mencerminkan budaya anti korupsi. Pada situasi ini, peran guru dan staf sekolah sangat penting dalam hal memberikan contoh kepada peserta didik. Karena guru dianggap sebagai role model bagi peserta didik.


B.    Hasil yang Dicapai dari Strategi yang Dipilih

Hasil tak akan pernah menghianati usaha merupakan sebuah istilah yang sering kita dengar. Istilah ini menjelaskan bahwa hubungan antara usaha dan hasil adalah berbanding lurus. Semakin besar usaha yang dilakukan maka kemungkinan besar semakin besar pula hasilnya.

Dalam upaya penerapan strategi “Si Dul Juara”, terdapat perubahan sikap yang dialami oleh peserta didik khususnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan terhadap aktivitas peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas.

Beberapa hal sederhana yang dapat diamati seperti: (1) jam kedatangan peserta didik lebih awal dari waktu bel berbunyi, (2) kerapian seragam serta penampilan peserta didik ke sekolah, (3) mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru dan staf sekolah tanpa terkecuali, (4) disiplin ketika baris-berbaris, (5) disiplin ketikan melaksanakan ibadah. (6) menuntaskan tugas piket, (7) menyerahkan barang temuan yang bukan miliknya kepada wali kelas ketikan di dalam kelas, dan mengembalikan barang temuan di luar kelas pada tempat yang telah di sediakan

Tentunya ini belum 100% dilakukan oleh peserta didik. Sebagian besar sudah melakukan dan sebagian kecil yang belum, mendapatkan bimbingan dari guru serta temannya yang telah melaksanakan sebagai contoh baik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil dari penerapan strategi “Si Dul Juara” sudah sangat terlihat dan harus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Hal ini tidak terlepas dari kolaborasi antara pihak sekolah serta orang tua dalam membangun komunikasi yang harmonis sehingga terjalin sebuah visi dan misi yang sama terhadap anak khususnya dalam upaya menumbuhkan sikap anti korupsi pada peserta didik.

C.    Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Melaksanakan Strategi

Secara umum, penerapan strategi “Si Dul Juara” di SD Negeri 1 Panjer sudah berjalan dengan baik. Tidak terdapat kendala yang berarti dalam pelaksanaannya. Hal ini berkat dari kerja sama yang baik antara seluruh warga sekolah. Adanya hal-hal lain di luar rencana tidak dianggap sebagai masalah melainkan merupakan hal unik. Hal unik tersebut seperti dalam menghadapi anak yang pemalu, guru mempunyai strategi pendekatan yang berbeda dari yang lainnya.

D.    Faktor-Faktor Pendukung

Implementasi strategi “Si Dul Juara” dapat berjalan dengan baik karena terdapat faktor-faktor pendukung. Faktor tersebut antara lain.

1.     Dukungan kepala sekolah dalam pelaksanaan strategi “Si Dul Juara”

2.     Semangat dan kekompakan para guru dan staf sekolah dalam melakukan pembiasaan nilai karakter kepada peserta didik

3.     Kemauan peserta didik untuk terus meningkatkan kualitasnya

4.     Tersedia ruang diskusi untuk menampung saran dan masukan

5.     Tersedianya alat pengeras suara untuk pembiasaan di lapangan

6.     Tersedianya proyektor untuk menampilkan materi berupa gambar dan video

E.    Alternatif Pengembangan

Secara umum upaya yang telah dilakukan dalam hal penerapan strategi “Si Dul Juara” yakni melakukan pembiasaan di pagi hari berupa mengucapkan salam, kerapian pakaian, kebersihan diri, kedisiplinan saat berbaris dan berdoa. Selain itu yang dilakukan di dalam kelas yaitu menyelipkan hal-hal tentang budaya anti korupsi yang disampaikan secara lisan maupun dengan bantuan media berupa video yang relevan. Selain itu, ada alternatif kegiatan yang bisa dilakukan untuk menambah pemahaman serta kemauan peserta didik untuk menerapkan budaya anti korupsi

Guru harus mampu menumbuhkan minat serta rasa ingin tahu peserta didik. Salah satu caranya yaitu dengan membuat variasi dalam penyampaian suatu hal. Ini akan membuat anak-anak penasaran sehingga tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang apa yang ingin dipelajari. Selain itu, dengan melibatkan peserta didik dan membuat mereka menjadi pusat pembelajaran. Bila anak-anak merasa dilibatkan dalam suatu kegiatan, maka mereka akan merasa dihargai dan akan melakukan sesuatu secara maksimal.

Dalam hal pelaksanaan startegi “Si Dul Juara”, alternatif kegiatan yang bisa dilakukan adalah dengan bermain peran. Dalam hal ini, guru harus melakukan berbagai pendekatan dengan anak mulai dari menentukan skrip/ cerita yang cocok dan mengena. Skrip yang dibuat tentunya berhubungan erat dengan sikap anti korupsi. Selanjutnya menentukan para pemain serta perannya sampai akhirnya melaksanakan kegiatan bermain peran.

Untuk kegiatan lebih lanjut mungkin bisa dilakukan dengan membentuk peserta didik dalam kelompok dan memberi kebebasan kepada mereka untuk menyusun skrip/ teks nya sendiri, menentukan tokohnya sendiri, tetapi temanya adalah menumbuhkan budaya anti korupsi. Kegiatan ini sebagai alternatif yang dilakukan untuk semakin menumbuhkan budaya anti korupsi di SD Negeri 1 Panjer.


















BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.    Simpulan

Dalam upaya menumbuhkan budaya anti korupsi, SD Negeri 1 Panjer menerapkan strategi “Si Dul Juara” merupakan singkatan dari sikap disiplin, peduli, jujur, dan kerja keras. Penerapannya dilakukan di dalam maupun di luar kelas melaui pembiasaan setiap harinya.

Upaya dari kepala sekolah, guru, staf, serta orang tua siswa membuat perubahan baik kepada peserta didik. Hal ini dapat diamati di sekolah. Beberapa hal sederhana yang dapat diamati seperti: (1) jam kedatangan peserta didik lebih awal dari waktu bel berbunyi, (2) kerapian seragam serta penampilan peserta didik ke sekolah, (3) mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru dan staf sekolah tanpa terkecuali, (4) disiplin ketika baris-berbaris, (5) disiplin ketikan melaksanakan ibadah. (6) menuntaskan tugas piket, (7) menyerahkan barang temuan yang bukan miliknya kepada wali kelas ketikan di dalam kelas, dan mengembalikan barang temuan di luar kelas pada tempat yang telah di sediakan

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil dari penerapan strategi “Si Dul Juara” sudah sangat terlihat dan harus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Hal ini tidak terlepas dari kolaborasi antara pihak sekolah serta orang tua dalam membangun komunikasi yang harmonis sehingga terjalin sebuah visi dan misi yang sama terhadap anak khususnya dalam upaya menumbuhkan sikap anti korupsi pada peserta didik

B.    Rekomendasi

1.     Bagi guru hendaknya semakin mengeksplorasi berbagai cara dalam penerapan strategi “Si Dul Juara” agar bisa menambah variasi kegiatan demi terciptanya budaya anti korupsi di SD Negeri 1 Panjer

2.     Bagi Kepala Sekolah hendaknya menyarankan penerapan strategi “Si Dul Juara” melalui pembiasaan setiap harinya ketika baris berbaris atau ketiga bertugas sebagai Pembina upacara serta menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan seluruh warga sekolah

DAFTAR PUSTAKA


Anis, Wijayanti. 2013. PengaruhbeberapavariabelMakroekonomidanIndeksPasar Modal DuniaterhadappergerakanIndeksHargaSahamGabungan (IHSG) di BEI. Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya: Malang

https://nasional.tempo.co/read/1553924/indeks-persepsi-korupsi-indonesia-2021-peringkat-96-dari-180-negara

https://www.kompasiana.com/lilikfirdayati.com/56210d460e9373bc0b8b4567/menerapkan-nilai-kejujuran-dalam-pendidikan

Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak; Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Mustari, M. 2011. Nilai Karakter. Yogyakarta: LaksbangPressindo

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Wibowo. 2013. Perilaku dalam Organisasi.. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada



Gambar

Praktik “Bu Tipsi” melalui gerakan “Si Dul Juara








Komentar